Gemasiber80news.com, LEBAK – Pemerintah Povinsi Banten pada tahun 2022 ini melalui Dinas Kesehatan telah mengalokasikan anggaran untuk pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)Cilograng Kabupaten Lebak, namun dimulainya RSUD Cilograng ini terus menuai kritikan dari masyarakat, aktivis maupun Apdesi.
Pasalnya, dari mulai proses tender hingga penetapan pemenang lelang, pembangunan RSUD Cilograng yang menelan anggaran puluhan miliaran rupiah itu dituding mengesampingkan pengusaha lokal, dan lebih mementingkan perusahaan milik BUMN (Badan Usaha Milik Negara) untuk menjadi pemenang lelang, meski dilakukan lelang secara terbuka melalui LPSE (Layanan Pengadaan Barang Jasa/Secara Eelektronik).
Yayan Hendayana Ketua APDESI Cilograng, saat dikonfirmasi awak media, mengatakan, “Keberadaan RSUD Cilograng sangat dinantikan masyarakat banyak dan tentunya pembangunannya sangat kami apresiasi, namun pembagunan tersebut harus sesuai dengan juknis RAB, intinya kualitas dan kwantitas harus di kedepankan dan jangan sampai bangunan tersebut terkesan asal jadi. Kami dari APDESI Cilograng meminta agar pengawasan pembangunan RSUD Cilograng benar-benar dilakukan pihak terkait, untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, karena kami sebagai penerima manfaat inginkan bangunan tersebut bagus dan berkualitas bisa dirasakan anak cucu kami kedepannya,” ujarnya.
“APDESI Cilograng akan mendukung pembangunan yang sesuai SOP, tapi APDESI Cilograng tak akan tinggal diam bila pembangunan tersebut asal-asalan, apalagi memakai bahan yang kualitasnya gak jelas. Kita akan kawal pembanguan RSUD Cilograng sampai selesai,” ungkap Yayan.
Sementara Hasan Sadeli yang biasa disapa Citonk, salah seorang pemerhati masalah sosial di wilayah Lebak Selatan, kepada wartawan, mengatakan, “Pabrik semen CONCH asal China itu pabriknya baru dibangun di Kalimantan. Sepatutnya, perusahaan BUMN tersebut mendukung produk dalam negeri yang jelas sudah ada produk lokal,” ungkapnya.
“Pembangunan RSUD Cilograng yang terletak di Desa Cijengkol, Kecamatan Cilograng dengan menelan anggaran sebesar Rp 72 milyar lebih itu, tahapan pekerjaan pembangunan pondasi dan fisik bangunan lainnya memakai semen asal negeri Tirai Bambu merk CONCH yang harganya jauh lebih murah dari semen produk dalam negeri. Semen merk CONCH, Garuda, HIPPO, dalam dunia bisnis, masuk kategori semen ‘Level 3’. Kualitasnya biasa saja, tak bisa setara dengan produk semen dalam negeri jauh berkualitas,” tegas Citonk.
Lanjut Citonk, “Padahal, kontraktor yang membangun RSUD Cilograng itu adalah PT Pembangunan Perumahan (PP) Urban yang juga milik BUMN, namun mereka lebih memilih produk luar negeri untuk pembangunan RSUD yang bersumber dari APBD Banten tersebut,” terangnya.
“Saya tidak mengetahui, apakah semen CONCH spesifikasi masuk atau tidak dalam pebangunan RSUD Cilograng tersebut. Namun demikian, dilihat dari harga antara semen asal China itu dengan semen produk lokal jauh lebih murah,” kata Citonk.
“Kita ambil contoh, semen merk Merah Putih yang pabriknya berada di dekat pembanguan RSUD Cilograng itu satu sak dengan berat 50 kg harga Rp 54.000,-, sementara semen merk CONCH satu sak dengan berat 40 Kg harganya Rp 40.500,-,” uacap Citonk.
“Saya sangat mendukung adanya pembangunan RSUD Cilograng tersebut, namun jangan sampai pengerjaannya dilakukan asal-asalan, apalagi menggunakan produk dengan kualitas jelek,” ungkap Citonk.
“Ini tentunya akan merugikan kami sebagai penerima manfaat di wilayah Lebak Selatan. Sebab apabila dikerjakan asal-asalan dan bahan baku yang digunakan tidak sesuai standar tentunya bangunan akan cepat rusak. Itu tentunya akan merugikan negara maupun masyarakat,” pungkas Hasan Sadeli alias Citonk. *(Din/Vistasio/Bendi).